Sabtu, 28 September 2013

Berak Media (Clothing)






ORDER DIVISION
P : +6285793666974
B : 25D61713/21bbc947
T : @BERAK9420
IG : @berak_ #instaberak
A : FLAT SARIJADI BLOCK P 1ST FLOOR NO #8 BANDUNG
Produk : http://on.fb.me/1birVno

WE ARE COUNTER CULTURE BRAND FROM BANDUNG! JUST WANNA SAY FUCK OFF!!

Complaining Is Silly.







Pure Saturday



Pure Saturday... Band berbakat asal kota kembang Bandung. Resminya berdiri pada tahun 1994. Awalnya sih Pure Saturday (PS) terbentuk karena iseng-iseng saja. Mereka ngeband kalo lagi ngga ada kegiatan dan sekalian nunggu hasil UMPTN. Tempat kumpul dan latihan biasanya di rumah Suar, di gudang rumah. Gudang bekas pabrik gitar disulap jadi tempat latihan band dan proses pembuatan lagu-lagu.

Dari keisengan itu pula mereka mencoba membuat lagu dan ternyata satu sama lain menemukan kecocokan. Yah... iseng-iseng berhadiah lah... Lalu dibuatlah kesepakatan untuk ngeband secara serius dan mulai mencari kegiatan musik yang diselenggarakan di Bandung. Tapi waktu itu (tahun 1992) namanya masih Tambal Ban bukan Pure Saturday. Akhirnya nama "Tambal Ban" diganti, soalnya terlalu pasaran dan ngga jelas artinya. Apalagi mau ikutan Festival Musik Unplugged (Tahun 1994), harus punya nama yang keren dong.

Akhirnya terpilihlah nama "Pure Saturday" yang tercetus secara spontan. Nama ini diambil karena hari Sabtu merupakan hari latihan, sejak pagi hingga menjelang subuh. Jadi maksudnya hari Sabtu itu benar-benar merupakan hari kerja buat mereka. Disamping itu, untuk mengisi kekosongan waktu anak-anak PS yang saat itu masih pada jomblo, maka dari pada bengong berhayal yang tidak-tidak mendingan ngeband. Begitulah motto hidup mereka.

Tahun yang sama Pure Saturday berhasil menjuarai festival musik unplugged se-Jawa dan DKI dengan lagu yang mereka ciptakan sendiri Enough. Di festival ini PS mendapat Juara Pertama kategori Umum. Wah... keren... Sejak saat itu PS jadi semakin sering bikin lagu. Karena kemenangan tersebut, Pure Saturday semakin terkenal dan dikenal terutama oleh para barudak musik Bandung. Hampir setiap acara yang digelar di Bandung selalu mengundang PS. Yah... istilahnya tiada PS, tiada bazar dan acara. Nampaknya PS merupakan sesajen yang ampuh untuk memelet para penonton. Tidak hanya turun naik panggung, tapi PS juga sering keluar masuk stasiun radio di Bandung.

Ketenaran PS ini membuat Ambari (ini nama orang lho!) berminat membuatkan PS album lewat jalur indie label. Pada saat itu manajer Pure Saturday adalah adiknya Yuki yang tidak lain dan tidak bukan adalah vokalis PAS. Nah... PAS ini mempunyai seorang manajer yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ambari. Antara manajer PS dan PAS ternyata terjalin hubungan yang baik... yah... sedikit nepotisme gpp lah... Kesepakatan pun dibuat sambil mencari orang yang mau memodali biaya produksi. Akhirnya ada juga seorang teman yang baik yang mau membiayai.

Percaya diri mulai tumbuh dan berkembang dan bersemi pada tubuh PS dan mulai membuat komposisi-komposisi musik yang akhirnya cukup kuat untuk sebuah album perdana. Akhirnya Pure Saturday mencoba hadir di blantika musik Indonesia. Mereka banyak mendapat pengaruh dari grup-grup asal Inggris seperti The Cure, Ride, My Bloody Valentine, Wonder Stuff dan lain-lain.

Album perdana PS ini digarap secara independen dan dipasarkan secara mail order lewat sebuah majalah remaja di Jakarta. Pada saat itu PS membuat 5.000 kopi saja. Beberapa bulan setelah album tersebut muncul, ada produser rekaman yang melirik mereka dan akhirnya mereka pun membuat kontrak dengan Ceepee Production. Lagu-lagu pada album pertama itu adalah Silence, Kosong, a song, Desire, Simple, Enough, Open Wide dan Coklat. Lagu Kosong kemudian dipilih untuk dibuatkan videoklipnya.

Album yang berisi delapan lagu ini ternyata mendapat sambutan yang bagus, karena dinilai lagu-lagu PS masih fresh, dan tidak mengikuti trend musik saat itu. PS datang dengan warna yang lain, maksudnya diantara musik-musik keras yang saat itu sedang naik, PS malah menyuguhkan musik yang slow tapi gahar. Mungkin seperti slogan acara Resurrection... "Awake against mainstream and proud of it". Yah begitulah kira-kira. Boleh dibilang album mereka laku keras. Saat masih diedarkan sendiri 700 kopi yang terjual. Sedangkan melalui distribusi Ceepee Production terjual sebanyak 2000 kopi. PS sangat mensyukuri anugerah ini meskipun banyak yang menilai musik mereka sangat berbeda. ''Berarti kita sudah diakui dan keinginan kita agar berbeda dari yang lain terwujud,'' seru Ade.

Kegiatan bermusik membuat urusan akademis (sekolah) mereka terbengkalai. Akhirnya, mereka mencoba untuk membenahi urusan akademis terlebih dahulu. Hal itu malah membuat mereka tidak bisa berkumpul dan membuat lagu. Di kondisi waktu yang terbatas mereka mencoba lagi untuk membuat komposisi-komposisi yang akhirnya selesai, kemudian masuk studio rekaman dan selesai awal 1999. Untuk album kedua mereka dikontrak oleh PT. Aquarius Musikindo. Album kedua ini diberi judul "Utopia".

Menapaki jalur indie bagi mereka merupakan satu strategi, selain agar dikenal publik lebih luas juga agar mereka tidak dipermainkan produser jika menempuh jalur major label. ''Kalau kita sudah mengeluarkan album indie, produser tidak bisa seenaknya lagi menyuruh kita ganti warna musik, karena sebelumnya kita sudah punya fans sendiri,'' papar Udhie.

Pure Saturday sempat vakum sebelum pada akhirnya Suar mengundurkan diri pada tahun 2004. Posisi Suar kemudian digantikan oleh sang manajer, iyo. Pada Maret 2005, PS kembali hadir dengan album ketiganya yang berjudul "ELORA". Kehadiran PS kali ini dengan formasi barunya dan dengan membawa label baru, Fast Forward Records.

(dari berbagai sumber) 

Straight Edge







No Sex, No Drugs, No Alcohol, No More…


“I’m a person just like you
But I’ve got better things to do
Than sit around and fuck my head
Hang out with the living dead

Snort white shit up my nose
Pass out at the shows I don’t even think about speed
That’s something I just don’t need
I’ve got the straight edge” (Straight Edge – Minor Threat)

Aliran musik keras seperti Hardcore, Punk maupun Rock n Roll biasanya tidak luput dari hal-hal yang berbau negatif seperti konsumsi obat-obatan terlarang, alkohol maupun melakukan seks bebas. Sebuah idiom sex, drugs and Rock n roll juga sepertinya sudah sangat melekat pada orang-orang yang gemar dan menganut scene musik rock maupun rock n roll. Ternyata tidak semua penganut aliran musik keras juga menganut lifestyle yang mengarah kepada hal-hal yang negatif juga. Seperti halnya mereka yang mengatakan mereka adalah seorang Straight edge. Apa itu Straight edge? Mungkin bagi para sebagian anak-anak punk maupun hardcore tahu arti dari Straight edge.

Awal mula Straight Edge berkembang

Straight edge, seseorang yang hidup “lurus-lurus saja” tanpa sentuhan rokok, minuman keras, obat-obatan maupun seks bebas. Berawal dari grup band yang bernama The Modern Lovers, band beraliran protopunk era 70’an yang menciptakan scene punk tidak hanya diposisikan sebagai orang-orang yang anarkis, rusuh, ugal-ugalan maupun hal-hal yang berbau negatif lainnya termasuk mengkonsumsi rokok dan alkohol sekalipun. Filosofi awal seseorang dikatakan straight edge adalah mereka yang tidak ingin merusak dirinya sendiri dengan hal-hal yang negatif dan dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka.

Kemudian di awal tahun 80’an, grup band Minor Threat membuat lagu tentang orang-orang dengan pemahaman “lurus” dengan judul Straight edge. Dari situlah istilah straight edge mulai berkembang hingga sekarang. Grup band ini menjadikan straight edge sebagai gaya hidup mereka dan mereka mencoba untuk menerapkannya kepada para fans mereka dengan selalu menyanyikan lagu tersebut di setiap pertunjukannya. Selain itu, para penganut gaya hidup straight edge mencoba untuk memperlihatkannya dengan menggunakan simbol X yang digambar di punggung tangan mereka. Adapula yang dipakai dalam bentuk pin, pakaian maupun di gambar di bagian tubuh lainnya.

Simbol X bermula dari band Teen Idles yang bermain di suatu klub San Francisco. Peraturan didalam klub tersebut, remaja yang masih berusia di bawah 18 tahun tidak boleh masuk. Sedangkan seluruh anggota band rata-rata berumur di bawah 18 tahun. Awalnya mereka tidak boleh bermain di dalam klub itu tetapi manajer band Teen Idles akhirnya membuat symbol X di tangan para pemainnya agar para staf yang bekerja di klub tidak memberikan minuman beralkohol kepada mereka. Akhirnya, setiap kali mereka manggung di setiap klub, mereka selalu menerapkan peraturan yang sama kepada para staf klub dan para anggotanya selalu menandakan symbol X besar di kedua punggung tangannya.

Straight Edge versus Non Straight Edge

Sempat pada era 90an, straight edge menjadi suatu masalah. Dari yang awalnya mereka manggung satu panggung dengan band-band yang non straight edge, kemudian mereka membentuk satu komunitas dan media tersendiri menjadi satu kesatuan para pengikut paham straight edge. Era tersebut disebut era Militan. Era militan yaitu di mana para militan yang merupakan sekelompok straight edge melakukan sikap garis keras terhadap orang-orang non straight edge. Jadi di sini mereka membentuk suatu pemikiran yang lebih anarkis dengan memandang picik orang-orang non straight edge, kemudian merasa bahwa orang-orang yang mengikuti paham straight edge adalah orang-orang yang sempurna karena mereka tidak melakukan hal-hal negatif, tetapi cara mereka malahan lebih anarkis.

Pada masa militan itulah nama straight edge sempat tercoreng. Orang-orang sempat berpandangan miring terhadap kata-kata straight edge. Banyak orang-orang yang non straight edge menjadi berpandangan bahwa menjadi straight edge ternyata tidak selamanya menunjukkan perilaku yang baik dengan tidak mengkonsumsi hal-hal negatif maupun melakukan hal-hal yang negatif. Mereka menjadi berpikir bahwa sekelompok orang yang mengaku dirinya straight edge kala itu merupakan orang-orang yang merasa ‘sok suci’.

Namun pada akhirnya, awal tahun 2000, straight edge kembali terselamatkan seiring dengan berkembangnya band-band baru. Berangsur-angsur stereotip negatif mengenai kelompok yang mengatakan mereka straight edge dapat pulih kembali. Straight edge mengalami pendewasaan dalam pola pikir dan semakin tolerant terhadap orang-orang non straight edge.

Straight Edge merupakan Pilihan Individu, bukan Paham

Semakin ke sini, banyak orang yang berpendapat bahwa straight edge bukan lagi merupakan paham maupun kelompok yang mengatakan bahwa mereka ‘hidup bersih’. Semua itu kembali lagi kepada pribadi seseorang masing-masing. Kesadaran diri seseorang untuk menjalani ‘hidup bersih’ bukan berarti ia mengikuti suatu gaya hidup karena memang semua kembali kepada jalan yang dipilih oleh individu. Menjadi seorang straight edge atau bukan, tidak dipaksakan karena semua itu adalah hak masing-masing.

Adapula orang-orang yang melakukan ‘hidup bersih’ dan sehat tentunya, dia tidak pernah mengaku bahwa dirinya adalah straight edge dan ikut dalam kelompok straight edge. Mereka menjalani kehidupan mereka sesuai dengan apa yang mereka temukan dan mereka pilih, apakah mereka mau hidup positif maupun negatif. Dan bukan hanya orang-orang yang mencintai aliran music Punk ataupun Hardcore saja yang dapat menjalani kehidupan straight edge. Orang-orang lain yang meggemari musik rock n roll, jazz, r&b, melayu sampai keroncong–pun dapat melakukan hal tersebut, yaitu menjadi straight edge.



Featured Posts