No Sex, No Drugs, No Alcohol, No More…
“I’m a person just like you
But I’ve got better things to do
Than sit around and fuck my head
Hang out with the living dead
Snort white shit up my nose
Pass out at the shows I don’t even think about speed
That’s something I just don’t need
I’ve got the straight edge” (Straight Edge – Minor Threat)
Aliran musik keras seperti Hardcore, Punk maupun Rock n Roll biasanya
tidak luput dari hal-hal yang berbau negatif seperti konsumsi
obat-obatan terlarang, alkohol maupun melakukan seks bebas. Sebuah idiom
sex, drugs and Rock n roll juga sepertinya sudah sangat melekat pada
orang-orang yang gemar dan menganut scene musik rock maupun rock n roll.
Ternyata tidak semua penganut aliran musik keras juga menganut
lifestyle yang mengarah kepada hal-hal yang negatif juga. Seperti halnya
mereka yang mengatakan mereka adalah seorang Straight edge. Apa itu
Straight edge? Mungkin bagi para sebagian anak-anak punk maupun hardcore
tahu arti dari Straight edge.
Straight edge, seseorang yang hidup “lurus-lurus saja” tanpa sentuhan
rokok, minuman keras, obat-obatan maupun seks bebas. Berawal dari grup
band yang bernama The Modern Lovers, band beraliran protopunk era 70’an
yang menciptakan scene punk tidak hanya diposisikan sebagai orang-orang
yang anarkis, rusuh, ugal-ugalan maupun hal-hal yang berbau negatif
lainnya termasuk mengkonsumsi rokok dan alkohol sekalipun. Filosofi awal
seseorang dikatakan straight edge adalah mereka yang tidak ingin
merusak dirinya sendiri dengan hal-hal yang negatif dan dapat merugikan
dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka.
Kemudian di awal tahun 80’an, grup band Minor Threat membuat lagu
tentang orang-orang dengan pemahaman “lurus” dengan judul Straight edge.
Dari situlah istilah straight edge mulai berkembang hingga sekarang.
Grup band ini menjadikan straight edge sebagai gaya hidup mereka dan
mereka mencoba untuk menerapkannya kepada para fans mereka dengan selalu
menyanyikan lagu tersebut di setiap pertunjukannya. Selain itu, para
penganut gaya hidup straight edge mencoba untuk memperlihatkannya dengan
menggunakan simbol X yang digambar di punggung tangan mereka. Adapula
yang dipakai dalam bentuk pin, pakaian maupun di gambar di bagian tubuh
lainnya.
Simbol X bermula dari band Teen Idles yang bermain di suatu klub San
Francisco. Peraturan didalam klub tersebut, remaja yang masih berusia di
bawah 18 tahun tidak boleh masuk. Sedangkan seluruh anggota band
rata-rata berumur di bawah 18 tahun. Awalnya mereka tidak boleh bermain
di dalam klub itu tetapi manajer band Teen Idles akhirnya membuat symbol
X di tangan para pemainnya agar para staf yang bekerja di klub tidak
memberikan minuman beralkohol kepada mereka. Akhirnya, setiap kali
mereka manggung di setiap klub, mereka selalu menerapkan peraturan yang
sama kepada para staf klub dan para anggotanya selalu menandakan symbol X
besar di kedua punggung tangannya.
Sempat pada era 90an, straight edge menjadi suatu masalah. Dari yang
awalnya mereka manggung satu panggung dengan band-band yang non straight
edge, kemudian mereka membentuk satu komunitas dan media tersendiri
menjadi satu kesatuan para pengikut paham straight edge. Era tersebut
disebut era Militan. Era militan yaitu di mana para militan yang
merupakan sekelompok straight edge melakukan sikap garis keras terhadap
orang-orang non straight edge. Jadi di sini mereka membentuk suatu
pemikiran yang lebih anarkis dengan memandang picik orang-orang non
straight edge, kemudian merasa bahwa orang-orang yang mengikuti paham
straight edge adalah orang-orang yang sempurna karena mereka tidak
melakukan hal-hal negatif, tetapi cara mereka malahan lebih anarkis.
Pada masa militan itulah nama straight edge sempat tercoreng.
Orang-orang sempat berpandangan miring terhadap kata-kata straight edge.
Banyak orang-orang yang non straight edge menjadi berpandangan bahwa
menjadi straight edge ternyata tidak selamanya menunjukkan perilaku yang
baik dengan tidak mengkonsumsi hal-hal negatif maupun melakukan hal-hal
yang negatif. Mereka menjadi berpikir bahwa sekelompok orang yang
mengaku dirinya straight edge kala itu merupakan orang-orang yang merasa
‘sok suci’.
Namun pada akhirnya, awal tahun 2000, straight edge kembali
terselamatkan seiring dengan berkembangnya band-band baru.
Berangsur-angsur stereotip negatif mengenai kelompok yang mengatakan
mereka straight edge dapat pulih kembali. Straight edge mengalami
pendewasaan dalam pola pikir dan semakin tolerant terhadap orang-orang
non straight edge.
Semakin ke sini, banyak orang yang berpendapat bahwa straight edge bukan
lagi merupakan paham maupun kelompok yang mengatakan bahwa mereka
‘hidup bersih’. Semua itu kembali lagi kepada pribadi seseorang
masing-masing. Kesadaran diri seseorang untuk menjalani ‘hidup bersih’
bukan berarti ia mengikuti suatu gaya hidup karena memang semua kembali
kepada jalan yang dipilih oleh individu. Menjadi seorang straight edge
atau bukan, tidak dipaksakan karena semua itu adalah hak masing-masing.
Adapula orang-orang yang melakukan ‘hidup bersih’ dan sehat tentunya,
dia tidak pernah mengaku bahwa dirinya adalah straight edge dan ikut
dalam kelompok straight edge. Mereka menjalani kehidupan mereka sesuai
dengan apa yang mereka temukan dan mereka pilih, apakah mereka mau hidup
positif maupun negatif. Dan bukan hanya orang-orang yang mencintai
aliran music Punk ataupun Hardcore saja yang dapat menjalani kehidupan
straight edge. Orang-orang lain yang meggemari musik rock n roll, jazz,
r&b, melayu sampai keroncong–pun dapat melakukan hal tersebut, yaitu
menjadi straight edge.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar